TUGAS
MATA KULIAH MANAJEMEN EXPORT-IMPORT
Dosen
Pengampu:
Ibu.
Ir. Nunuk Dwi Garwanti,
Di susun oleh :
ERNA EKA ERYANA
2008/20215/M
008/20222/M
JURUSAN
MANAJEMEN
PEMASARAN INTERNASIONAL
STIE
“IEU” YOGYAKARTA
2011
PETA
EKSPOR-IMPOR 2008 DAN
PROYEKSI EKSPOR INDONESIA TAHUN
2009
OLEH
:
ERNA
EKA ERYANA
2008/20215/M
PENDAHULUAN
Kinerja ekspor Indonesia pada
2009 diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan 2008 yang dikarenakan
adanya penurunan permintaan barang ekspor sebagai dampak dari krisis global
yang sangat berpengaruh terhadap permintaan pasar internasional.
Melemahnya kinerja ekspor
disebabkan oleh permintaan produk ekspor yang berkurang dan atau menurunnya
harga komoditas ekspor. Apabila penurunan kinerja ekspor tersebut berkelanjutan
maka kemungkinan terjadi penurunan cadangan devisa. Adapun batas aman nilai cadangan
devisa adalah empat bulan ekspor dan pembayaran kewajiban atau kurang lebih
US$50 miliar.
Salah satu cara meningkatkan
cadangan devisa antara lain melalui peningkatan kegiatan ekspor, sehingga
kestabilan perekonomian dapat dipertahankan. Menurut data Bank Indonesia,
cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2008 mencapai US$51,6 miliar,
namun pada Januari 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar US$50,9 miliar.
Untuk mengantisipasi
keberlanjutan penurunan kinerja ekspor, perlu adanya upaya untuk meningkatkan
kinerja ekspor, antara lain dengan cara memperluas/diversifikasi tujuan negara
ekspor (Timur Tengah, ASEAN, RRT, Korea Selatan, dan India), meningkatkan
kualitas produk ekspor, menghapus ekonomi biaya tinggi, mencegah impor ilegal,
memberikan paket stimulus, memperluas pasar domestik, memperlancar logistik,
mengganti produk impor dan adanya regulasi pemerintah.
EKSPOR
Data Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan selama Januari-Desember 2008 nilai ekspor sebesar US$136,76 miliar
meningkat sebesar 19,86 persen dibanding ekspor pada periode yang sama tahun
sebelumnya. Sedangkan ekspor nonmigas mencapai sebesar US$107,8 miliar atau
meningkat 17,16 persen.
Tabel 1.
Ringkasan Perkembangan Ekspor Indonesia,
2005−2008


Sejak
Juni 2008, market share ekspor migas mulai mengalami penurunan, sedangkan untuk
non migas sebaliknya. Secara kumulatif ekspor selama lima tahun terakhir
menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya, dan sampai dengan Desember
2008 net ekspor masih positif, walaupun semakin menipis. Penurunan ekspor migas
lebih disebabkan menurunnya harga migas di pasar internasional. Sedangkan
menipisnya net ekspor juga disebabkan menurunnya harga komoditas dan diiringi
penurunan permintaan internasional terhadap produk ekspor Indonesia sebagai
dampak melemahnya perekonomian di triwulan terakhir 2008.
Tabel 1.
Ringkasan Perkembangan Ekspor Indonesia,
2005−2008


Nilai ekspor nonmigas selama
setahun terakhir terus mengalami peningkatan, namun jika dilihat dari pertumbuhannya
selalu berfluktuatif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada bulan November, namun
pada akhir tahun 2008 anjlok ke level 21,9 persen lebih rendah dibanding awal
tahun. Penurunan tersebut lebih disebabkan oleh menurunnya harga komoditas di
pasar internasional, khususnya beberapa produk pertanian.

Amerika Serikat selama ini
tercatat sebagai negara tujuan ekspor kedua setelah Jepang. Pangsa ekspor non
migas Indonesia ke Jepang sebesar 12,46%, disusul Amerika Serikat (11,40%),
Singapura (9,60%), China (8,53%) dan India (6,24%). Negara lain yang menjadi
tujuan ekspor utama produk non migas Indonesia adalah Malaysia (6,17%), Korea
(4,54%) dan Belanda (3,24%). Dengan pangsa pasar 11% tersebut diperkirakan
dapat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia khususnya untuk produk yang pasar
utamanya ke Amerika Serikat.
Jenis produk Indonesia yang
diekspor ke Amerika Serikat beragam, namun diperkirakan yang akan terkena
dampak dari krisis keuangan Amerika Serikat adalah tekstil dan produk tekstil
(TPT), alas kaki, furniture, dan elektronika. Oleh karena itu antisipasi
terhadap kemungkinan terganggunya ekspor produk tersebut ke Amerika perlu
dilakukan oleh pelaku usaha dengan dukungan dari pemerintah.

Jika dilihat dari sektoral, pada
2008 kontribusi ekspor produk industri mencapai sebesar 64,38 persen, tambang
10,84 persen, pertanian 3,61 persen, dan sisanya merupakan kontribusi dari
migas. Dimana apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya
sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 34,98 persen, pertambangan dan
lainnya 24,62 persen, serta industri sebesar 15,15 persen.

IMPOR
Pada 2008 nilai impor Indonesia
mencapai US$128,79 miliar dengan komposisi impor migas sebesar US$30,47 miliar
(23,66 persen) dan impor nonmigas sebesar US$98,32 miliar (76,34 persen).
Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya impor mengalami pertumbuhan
sebesar 74,35 persen.

Pada 2008, golongan mesin/pesawat
mekanik memberikan kontribusi sebesar 18,18 persen terhadap total impor
nonmigas. Mesin dan peralatan listrik berada dibawahnya dengan kontribusi
sebesar 14,97 persen, sedangkan pada posisi ketiga besi dan baja sebesar 8,43
persen.
Beberapa golongan barang yang
mengalami perlambatan antara lain kendaraan dan bagiannya turun US$0,083
miliar, kapas US$0,026 miliar, tembaga dan barang daripadanya US$0,025 miliar,
mesin/pesawat mekanik US$0,024 miliar, plastik dan barang dari plastik US$0,015
miliar, dan US$0,008 miliar untuk instrumen dan asparatus optis.
Ditinjau menurut negara asal,
dari total impor nonmigas 2008 sebesar US$98,32 miliar sekitar 76,97 persen
berasal dari kontribusi 12 negara utama. Kontribusi terbesar impor nonmigas
sebesar US$ 14,96 miliar berasal dari Cina, diikuti Jepang dan Singapura
masing-masing sebesar US$14,44 miliar dan US$11,07 miliar.

Komponen
impor menurut penggunaan barang yang terbesar selama Januari-Desember 2008 berasal
dari bahan baku/penolong sebesar US$99,11 miliar atau 76,95 persen, barang
modal US$21,28 miliar dan barang konsumsi sebesar US$8,41 miliar. Sementara itu
pada Desember 2008 bahan baku/penolong dan konsumsi mengalami penurunan
dibanding periode sebelumnya masing-masing US$1,36 miliar dan US$0,10 miliar,
sedangkan untuk barang modal meningkat US$0,44 milyar
PROYEKSI EKSPOR – IMPOR
Kinerja Ekspor 10 Kelompok Produk Utama
Saat ini Indonesia memiliki 10
produk utama andalan ekspor yang mampu menyumbang sekitar 50% dari total ekspor
non migas Indonesia. Termasuk dalam katagori 5 besar produk andalan ekspor
Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), disusul elektronik, karet
dan produk karet, sawit dan produk hasil hutan. Untuk produk lainnya adalah
alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi.
Sawit dan produk sawit serta
karet dan produk karet tercatat sebagai produk yang di tahun 2008 ekspornya
mengalami pertumbuhan yang cukup besar masing-masing 111,8% dan 36,2%
dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditi lainnya yang tahun 2008 mengalami
pertumbuhan ekspor tinggi adalah kopi dan kakao masing-masing 80,9 % dan 35,2%.
Namun disayangkan nilai ekspor kedua produk tersebut masing sangat kecil
dibandingkan dengan nilai ekspor sawit dan karet.
Untuk
TPT, produk hasil hutan dan elektronika nilai ekspornya paling tingggi
dibandingkan dengan produk lainnya, namun peningkatan ekspornya di tahun 2008
tidak sebesar sawit dan karet. Nilai ekspor TPT Indonesia tahun 2008 (Jan-Sep)
sebesar 7,9 miliar US$, dengan pertumbuhan ekspor 5,5%, nilai ekspor produk
hasil hutan dalam periode yang sama sebesar 6,6 miliar US$ dengan pertumbuhan
sebesar 14,1% dan nilai ekspor elektronika sebesar 6,1 miliar US$ dengan
pertumbuhan sebesar 5,6%.

Kalau dilihat dari segi
volumenya, pertumbuhan ekspor 10 komoditi utama tersebut ternyata lebih kecil
dibandingkan dengan pertumbuhan nilainya, kecuali kopi. Hal ini menunjukkan
bahwa harga 10 produk utama ditahun 2008 (Jan-Sep) mengalami peningkatan
kecuali harga kopi yang menurun.
Beberapa pengamat memprediksikan
pada 2009 akan terjadi pertumbuhan ekspor yang melemah dibandingkan tahun
sebelumnya. Skenario yang dibuat Departemen Perdagangan untuk pertumbuhan
ekspor pada 2009 adalah sebagai berikut :
1.
Tanpa
adanya krisis, pertumbuhan ekspor non migas sebesar 19,0%.
2.
Dengan
adanya krisis, tanpa dibarengi antisipasi kebijakan pemerintah pertumbuhan ekspor non migas meningkat 0,9%.
3.
Adanya respon kebijakan didalam negeri
untuk mendorong ekspor dan investasi, pertumbuhan ekspor antara 4,3% - 8%,
dengan level moderat 6%.

Kinerja Ekspor 10 Kelompok Produk Utama
Saat ini Indonesia memiliki 10
produk utama andalan ekspor yang mampu menyumbang sekitar 50% dari total ekspor
non migas Indonesia. Termasuk dalam katagori 5 besar produk andalan ekspor
Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), disusul elektronik, karet
dan produk karet, sawit dan produk hasil hutan. Untuk produk lainnya adalah
alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi.
Sawit
dan produk sawit serta karet dan produk karet tercatat sebagai produk yang di
tahun 2008 ekspornya mengalami pertumbuhan yang cukup besar masing-masing
111,8% dan 36,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditi lainnya yang tahun
2008 mengalami pertumbuhan ekspor tinggi adalah kopi dan kakao masing-masing
80,9 % dan 35,2%. Namun disayangkan nilai ekspor kedua produk tersebut masih
sangat kecil dibandingkan dengan nilai ekspor sawit dan karet.
Pasar Utama 10 Kelompok Produk
Ekspor Utama Indonesia
Sepuluh komoditi ekspor utama
Indonesia terkonsentrasi pada 10 negara tujuan ekspor utama Indonesia seperti
Jepang, Amerika Serikat, Singapura, China, India, Jerman, Malaysia, Belanda,
Korea Selatan dan Inggris. Lebih dari 60% produk utama Indonesia diekspor ke
negara-negara tersebut. Untuk beberapa produk seperti udang, kakao dan
elektronik pasarnya ternyata terkonsentrasi (lebih dari 70%) di negara
tersebut. Oleh karena itu, apabila terjadi goncangan di negara-negara tersebut,
yang paling terkena dampaknya adalah ketiga produk tersebut.
Kemudian untuk produk yang
penyebaran pasarnya relatif lebih baik (dibawah 60% pasarnya di negara
tersebut) adalah produk otomotif, produk hasil hutan, alas kaki dan Tekstil dan
Produk Tekstil (TPT). Oleh karena itu apabila terjadi goncangan ekonomi di
negara-negara tersebut, pengaruhnya terhadap kinerja ekspor produk diperkirakan
tidak akan berpengaruh besar. Diantara sepuluh produk tersebut, otomotif
memiliki penyebaran pasarnya yang paling baik. Pasar otomotif Indonesia sekitar
35% terkonsentarsi di 10 negara tersebut, selebihnya menyebar di negara lain.

Ekspor 10 Kelompok Komoditi Potensial Indonesia
Selain kelompok komoditi utama,
Indonesia memiliki 10 kelompok komoditi potensial. Meskipun pangsa ekspor kelompok
komoditi potensial masih rendah (5,4% dari total non migas), kelompok produk
ini didominasi oleh usaha kecil dan menengah, menyerap banyak tenaga kerja dan
mengandung nilai budaya serta kreatifitas bangsa Indonesia.
Nilai total ekspor kelompok komoditi
potensial Indonesia tahun 2008 (Jan –Sep) sebesar 4,6 miliar US$, meningkat
sebesar 25,4 % dibandingkan tahun sebelumnya. Volume ekspor produk tersebut
dalam periode yang sama sebesar 2.399,2 ribu ton, meningkat 28,9% dibandingkan
tahun sebelumnya. Kecenderungan peningkatan volume ekspor yang lebih besar dari
nilainya menunjukkan produk tersebut mengalami kecenderungan penurunan harga
pada periode tersebut. Dari 10 kelompok komoditi potensial tersebut, makanan
olahan dan perhiasan memiliki nilai ekspor tertinggi dibandingkan produk
lainnya. Dilihat dari pertumbuhan volume ekspor yang lebih tinggi dari
pertumbuhan nilainya, kedua kelompok memiliki kecenderungan penurunan harga.
Kecenderungan penurunan harga paling tinggi pada kelompok perhiasan.

Ekspor Indonesia diprediksi
mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya Hal ini disebabkan oleh
situasi perekonomian global yang kurang kondusif khususnya menurunnya harga
beberapa produk di pasar internasional. Ekspor non migas Indonesia selama ini masih
didominasi oleh produk industri. TPT, produk hasil hutan, elektronika, karet
dan produk karet serta sawit dan produk sawit merupakan produk industri yang
paling tinggi ekspornya.
Beberapa produk dari Indonesia
(udang dan kakao) pasarnya terkonsentrasi (lebih dari 70%) di sepuluh negara
tujuan ekspor utama, sehingga apabila terjadi goncangan di negara-negara
tersebut, ketiga produk tersebut yang paling terkena dampaknya. Produk
Indonesia yang penyebaran pasarnya relatif baik adalah otomotif, produk hasil
hutan dan TPT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar