Rabu, 19 Oktober 2011


TUGAS
MATA KULIAH MANAJEMEN EXPORT-IMPORT

Dosen Pengampu:
Ibu. Ir. Nunuk Dwi Garwanti,  



Di susun oleh :
ERNA EKA ERYANA
2008/20215/M
008/20222/M

JURUSAN
MANAJEMEN PEMASARAN INTERNASIONAL
STIE “IEU” YOGYAKARTA
2011

 PETA EKSPOR-IMPOR 2008 DAN
PROYEKSI EKSPOR INDONESIA TAHUN 2009



OLEH :
ERNA EKA ERYANA
2008/20215/M



PENDAHULUAN


Kinerja ekspor Indonesia pada 2009 diperkirakan akan mengalami penurunan dibandingkan 2008 yang dikarenakan adanya penurunan permintaan barang ekspor sebagai dampak dari krisis global yang sangat berpengaruh terhadap permintaan pasar internasional.
Melemahnya kinerja ekspor disebabkan oleh permintaan produk ekspor yang berkurang dan atau menurunnya harga komoditas ekspor. Apabila penurunan kinerja ekspor tersebut berkelanjutan maka kemungkinan terjadi penurunan cadangan devisa. Adapun batas aman nilai cadangan devisa adalah empat bulan ekspor dan pembayaran kewajiban atau kurang lebih US$50 miliar.
Salah satu cara meningkatkan cadangan devisa antara lain melalui peningkatan kegiatan ekspor, sehingga kestabilan perekonomian dapat dipertahankan. Menurut data Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2008 mencapai US$51,6 miliar, namun pada Januari 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar US$50,9 miliar.
Untuk mengantisipasi keberlanjutan penurunan kinerja ekspor, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor, antara lain dengan cara memperluas/diversifikasi tujuan negara ekspor (Timur Tengah, ASEAN, RRT, Korea Selatan, dan India), meningkatkan kualitas produk ekspor, menghapus ekonomi biaya tinggi, mencegah impor ilegal, memberikan paket stimulus, memperluas pasar domestik, memperlancar logistik, mengganti produk impor dan adanya regulasi pemerintah.


EKSPOR

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan selama Januari-Desember 2008 nilai ekspor sebesar US$136,76 miliar meningkat sebesar 19,86 persen dibanding ekspor pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan ekspor nonmigas mencapai sebesar US$107,8 miliar atau meningkat 17,16 persen.
Tabel 1.
Ringkasan Perkembangan Ekspor Indonesia,
2005−2008
 Sumber : BPS Februari 2009

Sejak Juni 2008, market share ekspor migas mulai mengalami penurunan, sedangkan untuk non migas sebaliknya. Secara kumulatif ekspor selama lima tahun terakhir menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya, dan sampai dengan Desember 2008 net ekspor masih positif, walaupun semakin menipis. Penurunan ekspor migas lebih disebabkan menurunnya harga migas di pasar internasional. Sedangkan menipisnya net ekspor juga disebabkan menurunnya harga komoditas dan diiringi penurunan permintaan internasional terhadap produk ekspor Indonesia sebagai dampak melemahnya perekonomian di triwulan terakhir 2008.
Tabel 1.
Ringkasan Perkembangan Ekspor Indonesia,
2005−2008
 Sumber : BPS Februari 2009
Nilai ekspor nonmigas selama setahun terakhir terus mengalami peningkatan, namun jika dilihat dari pertumbuhannya selalu berfluktuatif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada bulan November, namun pada akhir tahun 2008 anjlok ke level 21,9 persen lebih rendah dibanding awal tahun. Penurunan tersebut lebih disebabkan oleh menurunnya harga komoditas di pasar internasional, khususnya beberapa produk pertanian.
Amerika Serikat selama ini tercatat sebagai negara tujuan ekspor kedua setelah Jepang. Pangsa ekspor non migas Indonesia ke Jepang sebesar 12,46%, disusul Amerika Serikat (11,40%), Singapura (9,60%), China (8,53%) dan India (6,24%). Negara lain yang menjadi tujuan ekspor utama produk non migas Indonesia adalah Malaysia (6,17%), Korea (4,54%) dan Belanda (3,24%). Dengan pangsa pasar 11% tersebut diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia khususnya untuk produk yang pasar utamanya ke Amerika Serikat.
Jenis produk Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat beragam, namun diperkirakan yang akan terkena dampak dari krisis keuangan Amerika Serikat adalah tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, furniture, dan elektronika. Oleh karena itu antisipasi terhadap kemungkinan terganggunya ekspor produk tersebut ke Amerika perlu dilakukan oleh pelaku usaha dengan dukungan dari pemerintah.

Jika dilihat dari sektoral, pada 2008 kontribusi ekspor produk industri mencapai sebesar 64,38 persen, tambang 10,84 persen, pertanian 3,61 persen, dan sisanya merupakan kontribusi dari migas. Dimana apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 34,98 persen, pertambangan dan lainnya 24,62 persen, serta industri sebesar 15,15 persen.


IMPOR

Pada 2008 nilai impor Indonesia mencapai US$128,79 miliar dengan komposisi impor migas sebesar US$30,47 miliar (23,66 persen) dan impor nonmigas sebesar US$98,32 miliar (76,34 persen). Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya impor mengalami pertumbuhan sebesar 74,35 persen.
Pada 2008, golongan mesin/pesawat mekanik memberikan kontribusi sebesar 18,18 persen terhadap total impor nonmigas. Mesin dan peralatan listrik berada dibawahnya dengan kontribusi sebesar 14,97 persen, sedangkan pada posisi ketiga besi dan baja sebesar 8,43 persen.
Beberapa golongan barang yang mengalami perlambatan antara lain kendaraan dan bagiannya turun US$0,083 miliar, kapas US$0,026 miliar, tembaga dan barang daripadanya US$0,025 miliar, mesin/pesawat mekanik US$0,024 miliar, plastik dan barang dari plastik US$0,015 miliar, dan US$0,008 miliar untuk instrumen dan asparatus optis.
Ditinjau menurut negara asal, dari total impor nonmigas 2008 sebesar US$98,32 miliar sekitar 76,97 persen berasal dari kontribusi 12 negara utama. Kontribusi terbesar impor nonmigas sebesar US$ 14,96 miliar berasal dari Cina, diikuti Jepang dan Singapura masing-masing sebesar US$14,44 miliar dan US$11,07 miliar.

Komponen impor menurut penggunaan barang yang terbesar selama Januari-Desember 2008 berasal dari bahan baku/penolong sebesar US$99,11 miliar atau 76,95 persen, barang modal US$21,28 miliar dan barang konsumsi sebesar US$8,41 miliar. Sementara itu pada Desember 2008 bahan baku/penolong dan konsumsi mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya masing-masing US$1,36 miliar dan US$0,10 miliar, sedangkan untuk barang modal meningkat US$0,44 milyar

PROYEKSI EKSPOR – IMPOR

Kinerja Ekspor 10 Kelompok Produk Utama
Saat ini Indonesia memiliki 10 produk utama andalan ekspor yang mampu menyumbang sekitar 50% dari total ekspor non migas Indonesia. Termasuk dalam katagori 5 besar produk andalan ekspor Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), disusul elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk hasil hutan. Untuk produk lainnya adalah alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi.
Sawit dan produk sawit serta karet dan produk karet tercatat sebagai produk yang di tahun 2008 ekspornya mengalami pertumbuhan yang cukup besar masing-masing 111,8% dan 36,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditi lainnya yang tahun 2008 mengalami pertumbuhan ekspor tinggi adalah kopi dan kakao masing-masing 80,9 % dan 35,2%. Namun disayangkan nilai ekspor kedua produk tersebut masing sangat kecil dibandingkan dengan nilai ekspor sawit dan karet.
Untuk TPT, produk hasil hutan dan elektronika nilai ekspornya paling tingggi dibandingkan dengan produk lainnya, namun peningkatan ekspornya di tahun 2008 tidak sebesar sawit dan karet. Nilai ekspor TPT Indonesia tahun 2008 (Jan-Sep) sebesar 7,9 miliar US$, dengan pertumbuhan ekspor 5,5%, nilai ekspor produk hasil hutan dalam periode yang sama sebesar 6,6 miliar US$ dengan pertumbuhan sebesar 14,1% dan nilai ekspor elektronika sebesar 6,1 miliar US$ dengan pertumbuhan sebesar 5,6%.
Kalau dilihat dari segi volumenya, pertumbuhan ekspor 10 komoditi utama tersebut ternyata lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan nilainya, kecuali kopi. Hal ini menunjukkan bahwa harga 10 produk utama ditahun 2008 (Jan-Sep) mengalami peningkatan kecuali harga kopi yang menurun.
Beberapa pengamat memprediksikan pada 2009 akan terjadi pertumbuhan ekspor yang melemah dibandingkan tahun sebelumnya. Skenario yang dibuat Departemen Perdagangan untuk pertumbuhan ekspor pada 2009 adalah sebagai berikut :
1.         Tanpa adanya krisis, pertumbuhan ekspor non migas sebesar 19,0%.
2.         Dengan adanya krisis, tanpa dibarengi antisipasi kebijakan pemerintah pertumbuhan    ekspor non migas meningkat 0,9%.
3.         Adanya respon kebijakan didalam negeri untuk mendorong ekspor dan investasi, pertumbuhan ekspor antara 4,3% - 8%, dengan level moderat 6%.

Kinerja Ekspor 10 Kelompok Produk Utama

Saat ini Indonesia memiliki 10 produk utama andalan ekspor yang mampu menyumbang sekitar 50% dari total ekspor non migas Indonesia. Termasuk dalam katagori 5 besar produk andalan ekspor Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), disusul elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk hasil hutan. Untuk produk lainnya adalah alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi.
Sawit dan produk sawit serta karet dan produk karet tercatat sebagai produk yang di tahun 2008 ekspornya mengalami pertumbuhan yang cukup besar masing-masing 111,8% dan 36,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditi lainnya yang tahun 2008 mengalami pertumbuhan ekspor tinggi adalah kopi dan kakao masing-masing 80,9 % dan 35,2%. Namun disayangkan nilai ekspor kedua produk tersebut masih sangat kecil dibandingkan dengan nilai ekspor sawit dan karet.




Pasar Utama 10 Kelompok Produk Ekspor Utama Indonesia
Sepuluh komoditi ekspor utama Indonesia terkonsentrasi pada 10 negara tujuan ekspor utama Indonesia seperti Jepang, Amerika Serikat, Singapura, China, India, Jerman, Malaysia, Belanda, Korea Selatan dan Inggris. Lebih dari 60% produk utama Indonesia diekspor ke negara-negara tersebut. Untuk beberapa produk seperti udang, kakao dan elektronik pasarnya ternyata terkonsentrasi (lebih dari 70%) di negara tersebut. Oleh karena itu, apabila terjadi goncangan di negara-negara tersebut, yang paling terkena dampaknya adalah ketiga produk tersebut.
Kemudian untuk produk yang penyebaran pasarnya relatif lebih baik (dibawah 60% pasarnya di negara tersebut) adalah produk otomotif, produk hasil hutan, alas kaki dan Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Oleh karena itu apabila terjadi goncangan ekonomi di negara-negara tersebut, pengaruhnya terhadap kinerja ekspor produk diperkirakan tidak akan berpengaruh besar. Diantara sepuluh produk tersebut, otomotif memiliki penyebaran pasarnya yang paling baik. Pasar otomotif Indonesia sekitar 35% terkonsentarsi di 10 negara tersebut, selebihnya menyebar di negara lain.

Ekspor 10 Kelompok Komoditi Potensial Indonesia

Selain kelompok komoditi utama, Indonesia memiliki 10 kelompok komoditi potensial. Meskipun pangsa ekspor kelompok komoditi potensial masih rendah (5,4% dari total non migas), kelompok produk ini didominasi oleh usaha kecil dan menengah, menyerap banyak tenaga kerja dan mengandung nilai budaya serta kreatifitas bangsa Indonesia.

Nilai total ekspor kelompok komoditi potensial Indonesia tahun 2008 (Jan –Sep) sebesar 4,6 miliar US$, meningkat sebesar 25,4 % dibandingkan tahun sebelumnya. Volume ekspor produk tersebut dalam periode yang sama sebesar 2.399,2 ribu ton, meningkat 28,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Kecenderungan peningkatan volume ekspor yang lebih besar dari nilainya menunjukkan produk tersebut mengalami kecenderungan penurunan harga pada periode tersebut. Dari 10 kelompok komoditi potensial tersebut, makanan olahan dan perhiasan memiliki nilai ekspor tertinggi dibandingkan produk lainnya. Dilihat dari pertumbuhan volume ekspor yang lebih tinggi dari pertumbuhan nilainya, kedua kelompok memiliki kecenderungan penurunan harga. Kecenderungan penurunan harga paling tinggi pada kelompok perhiasan.

 Kesimpulan

Ekspor Indonesia diprediksi mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya Hal ini disebabkan oleh situasi perekonomian global yang kurang kondusif khususnya menurunnya harga beberapa produk di pasar internasional. Ekspor non migas Indonesia selama ini masih didominasi oleh produk industri. TPT, produk hasil hutan, elektronika, karet dan produk karet serta sawit dan produk sawit merupakan produk industri yang paling tinggi ekspornya.
Beberapa produk dari Indonesia (udang dan kakao) pasarnya terkonsentrasi (lebih dari 70%) di sepuluh negara tujuan ekspor utama, sehingga apabila terjadi goncangan di negara-negara tersebut, ketiga produk tersebut yang paling terkena dampaknya. Produk Indonesia yang penyebaran pasarnya relatif baik adalah otomotif, produk hasil hutan dan TPT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar